Kisah Handphone-ku


Ini adalah sepenggal kisah dari beberapa handphone yang kupunyai sejak tahun 2000. Sejak sekitar tahun 1997-an, handphone mulai memasyarakat dan mulai terjangkau harganya bagi masyarakat Indonesia. Bahkan kini, kalau kita keluar rumah tanpa bawa benda yang satu ini, serasa lupa ga bawa dompet aja, hehe. Ini beberapa handphone yang kupunya, dan jejak-jejak kesan dari masing-masing hanphone tersebut.

Ericsson T18
1. Ericsson T18
Ini adalah handphone pertamaku, lihat spec.  Karena duit cekak, kubeli second dari teman sekantorku, dengan harga 900 ribu. Ini hp keren di masa-nya, Sayang, waktu itu simcard lebih mahal daripada hp-nya. Akhirnya simcard-pun kubeli second (lagi-lagi second boooo….) dari temanku, simpati 0812xxxxxx, dengan mas kawin seharga 600 ribu, beserta seperangkat manual beserta box-nya. Padahal pulsanya 0!!!!! Mungkin anak muda sekarang merasa aneh….masak simcard aja sampe beli second, mahal, lagi… yah…begitulah kondisi jaman jahiliyah pada masa itu. Karena pada tahun 2000 orang yang punya hp masih jarang, di awal-awal, T18 ini banyak melongo…nganggur, karena jarang ada yang sms maupun telpon. maklum juga, tarif telpon sama sms masih muahhhhalll. Tapi T18 ini sedikit berguna, karena memudahkan sang kekasih menghubungiku, karena waktu itu aku masih kost. Kelemahan T18 adalah layarnya yang kecil, dibanding dengan HP-HP lain yang bergentayangan pada saat itu, seperti HP sejuta umat, si nokia 5110 yang berlayar besar. HP ini kujual tahun 2001, dikarenakan layarnya pecah dikit, dan sinyal sering kecopetan (maksudnya sinyal sering hilang). Kujual seharga 500ribu sama temen kuliah.

Siemens C35





2. Siemens C35
Nha….ini baru rekor….kali ini aku beli siemens c35 ini baru, kinyis-kinyis…. Setelah menceraikan t18, hati ini mencoba berpaling pada HP yang berlayar lebih besar, biar ga usah memicingkan mata kalo mbaca sms atau phonebook. Waktu itu tahun 2001. Selain itu aku milih HP ini karena katanya siemens waktu itu terkenal dengan penerimaan signalnya yang kuat, sekuat Ade Rai. Tapi, kenyataannya, HP yang kubeli ini masih sering ilang singnal, di saat hp lain masih ndapet sinyal, untuk operator yang sama, hiks….. Karena waktu itu aku ada tugas ke Jokja dalam waktu beberapa tahun, maka nomor simpati terpaksa kuceraikan, kujual ke temen kantor seharga 250 ribu, pulsa kosong, hehe (anak muda sekarang pasti tersenyum…). Karena simpatiku adalah nomor Bandung, kalo ke Jokja kena Roaming, nhaa…nomor yang bebas roaming saat itu adalah Mentari. Nha…oleh karena itu gadis yang kupinang selanjutnya adalah nona mentari, yang masih perawan thing-thing, alias bukan second, dengan harga 300 ribu, pulsa 100ribu, dengan nomor 0815xxxxx. Semakin lama punya HP ini, maka semakin banyak kekesalan yang kualami karena sinyal sering ilang…ya sutralah, kujual di counter HP, yang dekat dengan BTS, biar sinyalnya kelihatan fulll!!!, hehe. (jangan dicontoh yang ini, ini namanya tidak jujur).

Siemens M35







3. Siemens M35
Setelah melepas C35 di tahun 2002, maka aku masih tetap setia dengan siemens, dan pengin mencicipi M35, yang punya desain macho… maksudnya biar kalo lagi nelpon, bisa kelihatan tambah macho… sehingga banyak kaum hawa yang terpesona (halah, lebay….). Kupilih M35 warna kuning, karena aku nggak suka warna kuning (masalahnya adanya cuma itu, hehe). Lagi-lagi….M35 ini kubeli second (dasar, ga modal). Menu dan fitur dari M35 ini masih sama dengan C35, cuman kalo yang ini, penerimaan sinyal kuat…. Pertama beli, HP ini agak bulukan, kotor bin jorok… coba kuusap lembut dengan handbody… ternyata warna kuning langsat dari body mulus M35 ini mulai kelihatan, dan seakan seperti baru lagi. Mungkin anda bisa mencoba tips dari saya, hehe. HP ini kujual gara-gara kesal sering dikerjain temenku, dengan sms yang membuat hang siemensku. Sms ini kalo nggak salah adalah mengirimkan tulisan “%English”. Nha…setiap HP siemens, kalo dikirim sms seperti ini, pasti hang (paling tidak tipe-tipe siemens yang beredar saat itu). Akhirnya aku kepikiran untuk mencoba Nokia


Leave a Reply